Kebahagiaan sebenarnya adalah obat yang
terbaik. Riset-riset menunjukkan bahwa kesehatan dan kebahagiaan
memiliki korelasi yang sangat kuat. Hampir semua penyakit baik
degeneratif, infeksi, neoplasma (kanker), perkembangan sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosional.
Sebuah riset menunjukkan 60-85 % kontak
pasien dokter disebabkan oleh gejala psikosomatik (hubungan psikis dan
tubuh). Baru baru ini American Journal of Epidemiology (21 Januari 2008)
seperti saya kutip dari kantor berita Reuters, merilis beberapa hasil
penelitian tentang pengaruhnya positif dari mood yang stabil dan
kebahagiaan terhadap kesehatan.
Berikut 3 fakta unik yang diungkap Jurnal Kesehatan tersebut:
1. Studi yang dipimpin oleh Dr. Andrew Steptoe dari University College
London, yang melibatkan 3000 masyarakat Inggris yang dinyatakan sehat,
menemukan bahwa pada orang yang moodnya positif dan stabil ditemukan
kadar kortisol yang rendah. Kortisol adalah hormon stress yang jiika
berlebihan dan berlangsung lama dapat memicu peningkatan tekanan darah,
obesitas abdomen (kegemukan pada perut), dan penurunan fungsi imun
(pertahanan) tubuh.
2. Studi yang pernah juga dirilis di American Journal of Epidemiology
menemukan bahwa wanita yang memiliki emosi positif memiliki kadar rendah
2 macam protein (c-reaktif protein dan interleukin 6) yang bertanggung
jawab terhadap proses inflamasi (radang). Inflamasi kronis ini
diindikasikan berhubungan dengan angka kejadian penyakit jantung dan
kanker.
3. Studi yang melibatkan 2.873 pria dan wanita sehat di Amerika yang
berusia antara 50-74 tahun. Air ludah mereka (saliva) diteliti untuk
diukur kadar kortisolnya dan ternyata pada pria dan wnaita yang memiliki
mood bahagia, kadar kortisol (hormon stress) menurun. Sedangkan pada wanita yang memiliki mood bahagia juga ditemukan kadar c-reaktif protein dan interleukin-6 (marker inflamasi) yang menurun juga. Penemuan pengaruh kebahagiaan terhadap c-reaktive protein dan interleukin-6 menurut Dr. Steptoe adalah penemuan yang terbaru. (SUMBER)