Ulama sebagai salah satu sendinya mempunyai arti sebagai orang yang memiliki ilmu yang membawanya takut hanya kepada Allah SWT (QS. Al-Fathir: 28).
Dari
sini berarti pengertian ulama tidak hanya terbatas pada orang-orang
yang memiliki pengetahuan agama saja, tapi juga mencakup semua ahli
dalam bidang keilmuan apapun yang bermanfaat, dengan syarat ilmu yang
dikuasainya membawa dirinya menjadi orang yang memiliki rasa takut
kepada Allah SWT. Rasa takut inilah yang mendorong para ulama untuk
melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Karenanya dalam pengertian ini
para penggiat dakwah adalah para ulama yang berperan sebagai ‘waratsatul
anbiya’ (pewaris para nabi) yang selalu melakukan tawashau bil haqqi wa
tawashau bis shabri (saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran).
Ada beberapa hal yang menuntut para penggiat dakwah untuk selalu melakukan tawashau bil haqqi wa tawashau bis shabri. Pertama, kebaikan umat ini terletak pada konsistensi pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar. Bila amar-ma’ruf dan nahi munkar tidak dilaksanakan maka akan hilanglah salah satu ciri kebaikan umat Islam ini (QS. Ali Imran: 110). Kedua, para penggiat dakwah adalah stabilisator umat yang menjadi tumpuan utama masyarakat. Ciri utamanya adalah senantiasa melakukan ‘ishlah’ (perbaikan). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita terdapat orang-orang sholihin”? Rasulullah menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak kebobrokan/keburukan." Allah SWT menegaskan "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah (perbaikan) (QS. Huud: 117). Ketiga, saling menasehati merupakan ciri manusia yang tidak akan merugi. Sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-'Ashr ayat 3, yaitu senantiasa saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran. Surat ini amat penting sehingga ada riwayat dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan bahwa dua orang sahabat nabi SAW bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali membaca surat Al-'Ashr, kemudian mengucapkan salam untuk perpisahan. Keempat, di antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah hadits yan diriwayatkan oleh Al-Bukhari disebutkan bahwa: "Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat." Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari disebutkan bahwa: "Agama adalah nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan untuk para orang awamnya."
Saling menasihati di antara sesama muslim adalah kewajiban. Karena di satu sisi bangkit dengan kebenaran adalah sangat sulit sementara di sisi lain hambatan-hambatan untuk menegakkannya sangat banyak, misalnya: hawa nafsu, logika kepentingan, tirani thaghut, dan tekanan kezhaliman. Pemberian nasihat merupakan pengingatan, dorongan dan pemberitahuan bahwa kita satu sasaran dan satu tujuan akhir. Semua kader senantiasa bersama-sama dalam menanggung beban dan mengusung amanat. Bila saling menasihati ini kita lakukan bersama-sama, dimana berbagai kecenderungan individu bertemu dan saling berinteraksi, maka akan menjadi berlipat gandalah kekuatan kita untuk menegakkan kebenaran. Masyarakat Islam tidak akan tegak kecuali dijaga oleh para penganutnya (muslim) yang saling tolong menolong, saling menasihati dan memiliki solidaritas yang tinggi.
Para salafus shalih telah memberikan contoh luar biasa dalam hal saling menasihati. Sebagai contoh adalah Umar bin Al Khatab r.a. Pada suatu kesempatan ketika banyak pembesar sahabat yang mengelilinginya tiba-tiba salah seorang sahabat berkata: Ittaqillaha ya Umar (bertaqwalah kepada Allah wahai Umar). Para sahabat yang mengetahui kedudukan keislaman Umar marah kepadanya, namun Umar bin Al Khatab r.a mencegah kemarahan sahabat-sahabatnya seraya berkata: "Biarkanlah dia berkata demikian, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengatakannya, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mendengarnya.”
Itulah Umar yang termasuk dalam golongan sepuluh orang yang mendapat kabar gembira dijamin masuk surga, beliau sangat perhatian terhadap setiap nasihat yang benar yang ditujukan kepadanya. Kita sebagai umat muslim dan sekaligus penggiat dakwah yang menjadi stabilisator umat, harus saling menasihati dan saling menerima berbagai nasihat yang baik dengan lapang dada, bahkan harus berterima kasih kepada yang mau memberi nasihat. Wallahu a’lam. (Admin)
Ada beberapa hal yang menuntut para penggiat dakwah untuk selalu melakukan tawashau bil haqqi wa tawashau bis shabri. Pertama, kebaikan umat ini terletak pada konsistensi pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar. Bila amar-ma’ruf dan nahi munkar tidak dilaksanakan maka akan hilanglah salah satu ciri kebaikan umat Islam ini (QS. Ali Imran: 110). Kedua, para penggiat dakwah adalah stabilisator umat yang menjadi tumpuan utama masyarakat. Ciri utamanya adalah senantiasa melakukan ‘ishlah’ (perbaikan). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita terdapat orang-orang sholihin”? Rasulullah menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak kebobrokan/keburukan." Allah SWT menegaskan "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah (perbaikan) (QS. Huud: 117). Ketiga, saling menasehati merupakan ciri manusia yang tidak akan merugi. Sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-'Ashr ayat 3, yaitu senantiasa saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran. Surat ini amat penting sehingga ada riwayat dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan bahwa dua orang sahabat nabi SAW bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali membaca surat Al-'Ashr, kemudian mengucapkan salam untuk perpisahan. Keempat, di antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah hadits yan diriwayatkan oleh Al-Bukhari disebutkan bahwa: "Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat." Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari disebutkan bahwa: "Agama adalah nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan untuk para orang awamnya."
Saling menasihati di antara sesama muslim adalah kewajiban. Karena di satu sisi bangkit dengan kebenaran adalah sangat sulit sementara di sisi lain hambatan-hambatan untuk menegakkannya sangat banyak, misalnya: hawa nafsu, logika kepentingan, tirani thaghut, dan tekanan kezhaliman. Pemberian nasihat merupakan pengingatan, dorongan dan pemberitahuan bahwa kita satu sasaran dan satu tujuan akhir. Semua kader senantiasa bersama-sama dalam menanggung beban dan mengusung amanat. Bila saling menasihati ini kita lakukan bersama-sama, dimana berbagai kecenderungan individu bertemu dan saling berinteraksi, maka akan menjadi berlipat gandalah kekuatan kita untuk menegakkan kebenaran. Masyarakat Islam tidak akan tegak kecuali dijaga oleh para penganutnya (muslim) yang saling tolong menolong, saling menasihati dan memiliki solidaritas yang tinggi.
Para salafus shalih telah memberikan contoh luar biasa dalam hal saling menasihati. Sebagai contoh adalah Umar bin Al Khatab r.a. Pada suatu kesempatan ketika banyak pembesar sahabat yang mengelilinginya tiba-tiba salah seorang sahabat berkata: Ittaqillaha ya Umar (bertaqwalah kepada Allah wahai Umar). Para sahabat yang mengetahui kedudukan keislaman Umar marah kepadanya, namun Umar bin Al Khatab r.a mencegah kemarahan sahabat-sahabatnya seraya berkata: "Biarkanlah dia berkata demikian, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengatakannya, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mendengarnya.”
Itulah Umar yang termasuk dalam golongan sepuluh orang yang mendapat kabar gembira dijamin masuk surga, beliau sangat perhatian terhadap setiap nasihat yang benar yang ditujukan kepadanya. Kita sebagai umat muslim dan sekaligus penggiat dakwah yang menjadi stabilisator umat, harus saling menasihati dan saling menerima berbagai nasihat yang baik dengan lapang dada, bahkan harus berterima kasih kepada yang mau memberi nasihat. Wallahu a’lam. (Admin)