Memperlihatkan
amal shalih di hadapan manusia (riya’) adalah syirik ashghor (syirik kecil).
Dampaknya, amal shalih yang didasari dan ditujukan untuk riya’i ini, tidak akan
diterima Allah SWT. Repotnya, pada diri dan jiwa manusia, ada kecenderungan
untuk diperhatikan, dilihat, dan ditonjolkan kepada orang lain, sebagaimana
dikatakan oleh Imam Al Ghazali rahimahullah.
Pertanyaannya,
adakah Allah SWT menuntut kita untuk melawan sesuatu yang sebenarnya ada di
dalam jiwa kita? Atau lebih konkritnya: mungkinkah Allah SWT melarang kita dari
perbuatan riya’, sementara kecenderungan itu ada dan include dengan ciptaan manusia?
Allah
SWT -Yang Maha Pencipta (Al Khaliq)- adalah juga Yang Maha Mengetahui (Al
‘Aliim) dan juga Maha Bijaksana (Al Hakiim). Pada saat Dia menciptakan manusia
dengan include di dalamnya
kecenderungan untuk dilihat kerja-kerjanya oleh orang lain, dikagumi dan
diceritakan, Dia juga memberikan jalan keluar yang menjadi tempat tumpahan
perasaan itu (perasaan senang dilihat dan didengar ceritanya oleh orang lain).
Demi
terpenuhinya perasaan tersebut, Allah SWT mengajarkan beberapa aqidah kepada
kita, diantaranya:
1. Kita
diajari, agar senantiasa merasa bahwa setiap ucapan yang meluncur dari mulut
kita (QS Qaf [50]: 18), segala gerak gerik kita, senantiasa dicatat oleh
malaikat-malaikat yang ditugaskan Allah SWT untuk hal ini (QS Al Infithar [82]:
11). Karenanya, pertunjukkanlah kepada para malaikat itu hal-hal yang baik-baik,
agar saat malaikat itu melaporkanya kepada Allah, Dia menjadi ridha kepada
kita.
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir." (QS Qaf [50]:
18).
"Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu)." (QS Al Infithar [82]: 11)
2. Kita
diajari, bahwa pada setiap harinya, Allah SWT menurunkan malaikat-malaikat yang
bertugas di siang hari, dan malaikat-malaikat yang bertugas di malam hari. Dan
yang pernah bertugas, tidak akan turun lagi. Dua shift malaikat ini bertemu
pada waktu Ashar dan Shubuh. Tugas mereka adalah melaporkan hamba-hamba Allah
dari kalangan manusia kepada-Nya (meskipun Allah SWT telah mengetahui
semuanya). Bila manusia-manusia itu didapatinya berada di masjid sedang
melakukan shalat berjama’ah, maka saat para malaikat itu ditanya Allah:
“Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku saat engkau datang, dan saat engkau
tinggalkan?”. Para malaikat itu akan menjawab: “Waktu kami datang, mereka
sedang dalam keadaan shalat, dan waktu kami tinggalkan, merekapun sedang dalam
keadaan shalat. Ketahuilah bahwa para malaikat itu hanya mendatangi masjid
(termasuk mushalla tempat berjama’ah lima waktu), tidak tempat lainnya. Oleh
karena ini, berusahalah agar setiap pelaksanaan waktu shalat berjama’ah, kita
melakukannya di masjid, khususnya, jama’ah Ashar dan jama’ah Shubuh. Sebab,
pada dua waktu ini, dua shift malaikat sedang berkumpul, yang bertugas malam
baru turun di waktu Ashar dan yang bertugas siang baru akan kembali kepada
Allah, begitu juga sebaliknya.
3. Pada
setiap Jum’at, Allah SWT juga menugaskan malaikat-malaikat-Nya untuk
“mengabsen” atau “mendata” siapa-siapa yang datang di masjid untuk shalat
Jum’at. Mereka semua berjaga di setiap pintu masjid. Siapa saja yang datang
pada saat pertama, ia akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan unta.
Yang datang pada saat kedua akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan
sapi. Yang datang pada saat ketiga, akan dicatat sebagai seseorang yang
berkurban dengan kambing. Yang datang pada saat kelima akan dicatat sebagai
orang yang berkurban dengan ayam. Dan yang datang pada saat kelima akan dicatat
sebagai seseorang yang berkurban dengan telur. Lalu, setelah khatib naik
mimbar, para malaikat itu memasuki masjid dan mendengarkan khutbah sang khatib.
Karenanya, siapa saja yang datang pada saat khatib telah naik mimbar, ia tidak
akan tercatat oleh para malaikat yang bertugas itu.
4. Berkenaan
dengan Ramadhan, kita diperintahkan untuk memperlihatkan kepada Allah SWT
segala hal yang baik, dan kita akan dibangga-banggakan Allah SWT di hadapan
para malaikat-Nya. Karenanya, kita harus berkompetisi untuk show di hadapan Allah SWT dengan
amal-amal shalih kita. Rasulullah saw bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan keberkahan, Allah SWT
memberikan kecukupan kepada kalian pada bulan ini, Dia menurunkan rahmat,
menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a, Allah SWT melihat kompetisi kalian,
dan membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya, karenanya, tunjukkanlah
kepada Allah hal-hal yang terbaik dari kalian, sebab, orang yang sengsara
adalah yang terhalang dari rahmat Allah SWT.” (Al Haitsami berkata:
“diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam al mu’jam al kabiir, dan di dalamnya ada
Muhammad bin Abi Qais, dan saya tidak menemukan siapapun yang menjelaskan
biografinya).
Saudara-saudaraku
yang dimulyakan Allah …
Dan
tinggal satu hal lagi, dan ini yang paling penting, kita harus senantiasa
memohon kepada Allah SWT agar Dia senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan
‘inayah-Nya kepada kita, sehingga kita mampu mengisi Ramadhan tahun ini dengan
yang terbaik daripada tahun-tahun sebelumnya, amiiin.
Ya
Allah, tolonglah saya untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan baik dalam
beribadah kepada-Mu, amiiin.
(Disarikan dari berbagai sumber/Admin)