"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Solusi Bolos Kerja


Sering kali pegawai kantoran belum juga masuk kantor pada hari pertama setelah masa liburan atau cuti bersama usai. Fenomena ini sering juga mewarnai pemberitaan di berbagai media. Hampir setiap tahun ada fenomena dan pemberitaan ini. Seolah-olah sudah menjadi tradisi atau kebiasaan. Sehingga fenomena tidak masuk kantor pada hari pertama setelah masa liburan atau cuti bersama usai dianggap wajar. Bagaimana pandangan Islam terkait fenomena ini?

Dalam menegakkan suatu aturan (hukum), manusia yang memiliki kepribadian yang baik mutlak diperlukan. Mereka adalah manusia yang baik dalam memilih pemimpin atau wakilnya. Jika dia terpilih menjadi wakil rakyat, dia akan baik dalam menjalankan amanah pemilihnya. Dia juga baik dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Yang dimaksud dengan manusia yang baik ini adalah manusia yang shaleh. Oleh sebab itu, pembentukan manusia yang shaleh sangatlah diperlukan.

Dari pembentukan ini akan muncul suatu pendidikan, pengarahan, hukum, dan undang-undang Islam. Maka dari titik inilah sebenarnya akan muncul solusi terkait fenomena yang terjadi tadi. Solusi yang bukan hanya dibuat oleh manusia. Bukan juga solusi yang hanya berpegang teguh pada kekuasaan, perundang-undangan, atau pengawasan pimpinan semata. Adalah solusi yang berpegang teguh pada nurani yang hidup dan hati yang beriman.

Pada saat orang-orang (para pegawai) itu masuk kantor karena takut dengan pimpinan pemegang kekuasaan atau sanksi yang akan diberikan jika mereka melanggar, maka solusi yang diterapkan oleh institusi itu gagal dan lemah. Meskipun kenyataannya memang para pegawai/karyawan terlihat taat aturan (hukum). Tetapi ketaatan mereka adalah ketaatan semu. Tidak berasal dari hati dan nurani yang bersumber dari keimanan.

Manusia yang memiliki hati dan nurani yang berumber dari keimanan akan juga memiliki akhlaq yang bersumber dari keimanan. Tak ada satupun perusahaan, pabrik, atau instansi yang mampu memproduksinya. Kecuali hanya satu yaitu iman kepada Allah SWT dan ajaran-Nya serta alam sesudah dunia (akhirat).

Banyak orang yang menganalisa bahwa fenomena yang terjadi tersebut dikarenakan hilangnya rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh para pegawai. Alasan itu diasumsikan sebagai penyebab utama dibalik keteledoran atau kelalaian para pegawai dalam melaksanakan kewajibannya. Bahkan tidak sedikit yang menyatakan bahwa untuk menyelesaikan fenomena ini perlu diadakan pengarahan dan pelatihan untuk semua pegawai. Beberapa yang lain berargumentasi bahwa hal ini dapat diselesaikan dengan pengawasan dan peraturan yang ketat terhadap para pegawai. Para pengawas harus menginterogasi siapa saja yang dianggap lalai, boros, atau menghambat kerja. 
 
Tetapi, apakah yang dilakukan itu semua telah cukup? Selama dalam diri manusia-manusia itu masih memiliki kecerdasan untuk menghindar dari kejahatan, mengelak dari semua pertanyaan, dan pandai bicara dusta, maka fenomena tersebut akan tetap ada dan bahkan akan memburuk.

Akhirnya, tidak ada solusi dan pilihan lagi. Rasa tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat kelak harus segera ditamankan. Treatment inilah satu-satunya jalan yang dapat dijadikan sebagai penawar dan pembentuk hati dan nurani yang suci, bersih, dan shaleh. Hal ini dilakukan agar manusia taat kepada aturan (hukum). Aturan (hukum) tak mungkin ditegakkan tanpa adanya pembentukan manusia yang shaleh. Pun tak mungkin membentuk manusia yang shaleh tanpa adanya keimanan kepada Allah SWT, ajaran-Nya, dan akhirat. (admin)
 










Bagikan: