Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam untuk para pembaca sekalian yang berbahagia dimanapun anda berada. Senang sekali penulis dalam kesempatan kali ini bisa menghadirkan kembali tulisan kepada saudara semuanya.
Pada kesempatan kali ini penulis berusaha mengangkat tema ringan. Kisah sederhana yang penulis alami sendiri.
Kisah ini terjadi kurang lebih setahun yang lalu. Tahun 2019 tepatnya. Saat penulis dan keluarga pindah rumah.
Rumah baru yang akan kami tempati tersebut baru saja selesai direnovasi. Di halaman depan rumah masih ada sisa-sisa pasir bahan renovasi. Di kanan kiri rumah kami ada beberapa keluarga yang memiliki kucing peliharaan. Kucing-kucing tersebut sering berlalu-lalang di depan rumah kami. Awalnya kondisi ini penulis anggap biasa-biasa saja.
Sampai pada beberapa hari kami menempati rumah baru, kami mendapati suatu kondisi yang berbeda dengan kondisi saat pertama kali datang. Setiap pagi penulis mencium bau kotoran kucing di depan rumah.
Ternyata benar. Ada kotoran kucing yang tertimbun pasir.
Mau tidak mau, penulis berusaha membersihkan kotoran tersebut dengan cetok (skop kecil). Kotoran kucing yang bercampur pasir tersebut, penulis ambil menggunakan cetok. Lalu penulis buang ke selokan tertutup yang ada di dekat rumah.
Kejadian ini terjadi setiap pagi selama beberapa hari. Seakan-akan menjadi kebiasaan baru saat kami di rumah baru.
Parahnya lagi, terkadang waktu penulis lupa belum membersihkan halaman, ada kotoran yang terinjak. Bekasnya nempel di sandal dan terbawa saat menginjak lantai halaman yang lain. Terpaksa harus membersihkan lantai yang lain pula.
Namun, penulis tak mau terus-terusan melakukan kebiasaan ini setiap pagi. penulis berusaha mengusir kucing-kucing tersebut agar tidak lagi membuang kotoran di depan rumah.
Sempat bingung mau pakai cara apa mengusirnya. Pakai kekerasan, takut dosa. Diracun, takut ketahuan orang. Dikasih makan di tempat jauh, takut kucingnya minta-minta lagi. Aaaahhhhhh….
Akhirnya penulis tidak pakai cara itu semua. Penulis berfikir bahwa hewan ini adalah ciptaan Allah SWT. Semua tingkah laku dan sifatnya pasti atas kehendak-Nya. Itu artinya, Allah SWT sajalah yang punya kemampuan mengendalikan hewan ini.
Meskipun penulis berusaha mengusirnya sampai seribu kali pun, kalau Allah SWT tetap membuat kucing-kucing itu ada di situ, maka merekapun tak akan pindah. Hanya kehendak Allah SWT sajalah yang mampu menggerakkan hati kucing-kucing itu pindah.
Dan satu lagi, setiap kejadian buruk yang menimpa kita, itu pasti karena dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dari sini penulis juga mulai merenung dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas semua dosa yang telah dilakukan.
Setelah menyadari dan merenungkan akan ketentuan tersebut, penulis mulai berdoa kepada Allah SWT. Memohon agar kucing-kucing itu tidak lagi buang kotoran di depan rumah. Kegiatan ini penulis lakukan setiap hari. Hampir setiap sehabis sholat wajib, penulis menyisipkan doa ini.
Agak ngaco kali ya tindakan penulis ini. Masak minta kucing pergi saja harus melalui doa. Apalagi dalam hal kucing buang kotoran.
Tetapi penulis meyakini bahwa doa adalah sebuah sarana komunikasi seorang hamba kepada Tuhannya. Tanda ketidakmampuan seorang hamba. Tanda seorang hamba mengagungkan kebesaran Tuhannya.
Alhasil, belum sampai seminggu penulis melakukan ini, kucing-kucing itu pun pergi dan tak pernah kembali buang kotoran di depan rumah. Entah buang kotoran dimana. Tetapi yang jelas tak pernah lagi buang kotoran di depan rumah penulis.
Halaman rumah menjadi bersih dari kotoran kucing. Dan kucing pergi tanpa kekerasan.
Dari kejadian ini, penulis merasa semakin yakin bahwa doa adalah “senjata” ajaib bagi kita semuanya dalam mengarungi kehidupan ini. Kehidupan yang penuh dinamika.
Berdoalah. Mintalah kepada Allah SWT. Tuhanmu, Tuhan Semesta Alam. Tuhan yang berkehendak atas segala sesuatu. Tak terkecuali masalah kucing buang kotoran.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh