"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Abdullah bin Mas’ud “Yang Mengumandangkan Al-Qur’an Pertama Kali Dengan Suara Merdu”

Sebelum Rasulullah menjadikan rumah Arqam sebagai tempat pertemuannya dengan para sahabat, Abdullah bin Mas’ud sudah masuk Islam dan merupakan orang ke enam yang masuk Islam. Dengan demikian ia termasuk golongan As-sabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama kali memeluk Islam).

Dulu, ia adalah seorang pemuda lemah dan miskin yang menerima upah sebagai pengembala kambing milik ‘Uqbah bin Mu’ith. Namun lihatlah ketika cahaya Islam masuk ke dalam dadanya. 

Selama ini, setiap berjalan lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy, ia selalu berjalan cepat dengan menundukkan kepala. Namun setelah menjadi muslim, dengan langkah tegap, ia mendatangi kumpulan para pemuka Quraisy yang berada di Ka’bah. Di hadapan mereka, ia kumandangkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara merdunya. 

Mari kita dengar saksi mata menceritakan peristiwa menakjubkan ini. Zubair berkata, “yang pertama kali mengumandangkan Al-Qur’an di Mekah selain Rasulullah Saw. adalah Abdullah bin Mas’ud ra. 

Suatu hari, para sahabat Rasulullah berkumpul. Mereka berkata, ‘Demi Allah, orang-orang Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an ini dikumandangkan dihadapan mereka. Siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka?’”

Abdullah bin Mas’ud berkata, “aku.”

Para sahabat mengkhawatirkan akan keselamatannya, namun Abdullah bin Mas’ud berkata, “Berilah aku kesempatan. Allah yang akan membelaku.”

Saat waktu dhuha (pagi menjelang siang), ketika para pemuka Quraisy berada di balai pertemuan mereka, Abdullah bin Mas’ud mendatangi mereka. Dengan berani dan dengan suara merdunya, ia membaca firman Allah,

“(Tuhan) yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an” (QS. Ar-Rahman: 1-2)

Para pemuka Quraisy memperhatikannya sambil bertanya kepada sesamanya, “apa yang dibaca oleh anak ummu ‘Abdi itu?”. Yang lain menjawab, “sungguh, ia membaca apa yang diserukan Muhammad.” 

Ramai-ramai mereka mendekati Abdullah bin Mas’ud dan memukulinya. Namun Abdullah bin Mas’ud tetap melanjutkan bacaannya. Setelah itu, dengan muka dan tubuh yang babak belur ia kembali kepada para sahabat.

Dulu, ia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa hal itu akan terjadi. Tidak ada tempat baginya di kalangan hartawan. Begitu pula di lingkungan ksatria gagah perkasa, atau dalam deretan orang-orang yang berpengaruh.

Dalam soal harta, ia tidak punya apa-apa. Tentang perawakan tubuhnya, ia kecil dan kurus. Akan tetapi, sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam memberinya bagian yang melimpah.

Sebagai ganti dari tubuhnya yang kurus dan lemah, Islam memberinya kemauan kuat untuk menundukkan para penguasa zalim. Sebagai ganti dari nasibnya yang terkucilkan, Islam memberinya ilmu yang sangat luas, kemuliaan dan nama harum, sehingga ia berada di jajaran terdepan para tokoh sejarah.

Rasulullah pernah berpesan agar para sahabat meniru bacaan Qur’an Abdullah bin Mas’ud, “Barangsiapa yang ingin mendengar Al-Qur’an seperti saat diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Abdullah bin Mas’ud. 

Barangsiapa yang ingin membaca Al-Qur’an seperti saat diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud”

Keistimewaan Abdullah bin Mas’ud ini telah diakui oleh para sahabat. Yang pantas diacungi jempol bukan hanya keunggulannya dalam Al-Quran dan pemahaman agama, tetapi keshalihan dan ketakwaannya juga patut mendapat pujian.

Hudzaifah berkata, “tidak seorangpun yang lebih mirip dengan Rasulullah Saw baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Abdullah bin Mas’ud.

Para sahabat terdepan juga sadar bahwa putra ummi ‘Abdi inilah yang paling dekat kepada Allah.”

Keistimewaan Abdullah bin Mas’ud lainnya adalah, ia lebih sering diberi izin menemui Rasulullah di rumahnya. Ia juga lebih sering bersama Rasulullah. Kesempatan yang jarang didapat oleh sahabat yang lain. Bahkan ia menjadi tumpuan rahasia Rasulullah, hingga dijuluki “Kotak Hitam”, tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan rahasia.

Rasulullah sangat sayang karena keshalihan, kecerdasan, dan kebesaran jiwanya. Allah telah menganugerahinya ketakwaan dan sifat bijaksana. Di antara pesannya yang singkat namun padat adalah, “sebaik-baik kekayaan adalah kekayaan hati, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Seburuk-buruk kebutaan ialah kebutaan hati. Sebesar-besar dosa adalah berdusta. Sejelek-jelek usaha ialah memungut riba. Seburuk-buruk makanan adalah memakan harta anak yatim. Barangsiapa memaafkan orang lain akan dimaafkan oleh Allah. Dan barangsiapa yang mengampuni orang lain akan diampuni oleh Allah.”

Itulah cerita singkat tentang suatu kehidupan yang dibaktikan untuk Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya.

Dialah laki-laki yang ukuran tubuhnya sebesar tubuh burung pipit. Tubuhnya kurus dan pendek hingga tinggi badannya tidak berbeda dengan orang yang sedang duduk.

Kedua betisnya kecil dan tidak berisi. Suatu hari, ia memanjat pohon arok dan kedua betisnya terlihat oleh para sahabat yang lain. Para sahabatpun menertawakan betisnya yang kecil itu. 

Namun Rasulullah bersabda, “Kalian menertawakan betis Abdullan bin Mas’ud. Ketahuilah, di sisi Allah kedua betis itu lebih berat timbangannya dibandingkan gunung uhud.”

Abdullah bin Mas’ud telah dikaruniai kemudahan dan nikmat dari Allah yang menyebabkannya termasuk “sepuluh orang yang dijamin masuk surga”.

Cita-citanya hanya satu. Bahkan ia sering mengutarakan cita-citanya itu dan sangat ingin mencapainya. Berikut ini tutur katanya tentang apa yang ia cita-citakan.

“Aku bangun tengah malam. Saat itu aku berada di perang Tabuk. Aku melihat nyala api di pinggir perkemahan. Aku mendekati nyala api itu, ternyata Rasulullah bersama Abu bakar dan Umar. Mereka hendak memakamkan Abdullah Dzulbijadain Al-Muzanni yang telah syahid. Rasulullah ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepada beliau. 

Rasulullah bersabda, ’Ulurkanlah saudara kalian ini lebih dekat kepadaku.’ Lalu mereka mengulurkannya. Setelah diletakkan di dasar kubur, Rasulullah berdoa, ’Ya Allah, aku telah ridha kepadanya, maka ridhailah dia.’ Alangkah indahnya jika yang berada dalam kubur itu adalah aku.” Gumam Abdullah bin Mas’ud.

Itulah cita-cita yang sangat dirindukannya. Cita-cita yang jauh dari pangkat, jabatan yang biasa diperebutkan oleh banyak orang. Cita-cita orang yang berjiwa besar, berhati mulia, dan memiliki keyakinan yang kuat.

Dialah laki-laki yang dibimbing oleh Allah, dididik oleh Rasulullah dan diarahkan oleh Al-Qur’an.











Bagikan:

Arsip