"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Makna Kata Illah dalam La ilaha illallah (1)

Dalam syahadat asyhadu an la ilaha illaLlah yang biasa diartikan “aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah”, ada kata “Ilah” yang diucapkan. 

Kata “Ilah” dalam bahasa Arab berasal dari kata aliha - ya'lahu – ilaahan.

Jadi setidaknya ada empat makna kata Illah dalam La ilaha illallah:

1. Sakana ilaihi (Merasa Tenang Kepada-Nya)

Artinya, tuhan itu yang memberikan ketenangan kepada hamba-Nya.

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenang dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.” (QS. Yunus: 7)

2. Istajara bihi (Merasa Dilindungi Oleh-Nya)

Allah Swt berfirman, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

3. Wuli’a bihi (Cenderung Kepadanya Atau Mencintai-Nya)

Tuhan adalah Dia yang paling dicintai. Artinya, kalau ada sesuatu yang benar-benar kita cintai melebihi segalanya, sama halnya kita menjadikan sesuatu itu sebagai tuhan. Cinta kepada manusia atau makhluk Allah itu boleh, namun kecintaan terbesar tetap kepada sang Pencipta.

Allah Swt berfirman, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah: 165)

4. Isytaqa ilaih (Merasa Rindu Kepada-Nya)

Allah Swt berfirman, “Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)." (QS. Al-A’raf:138)

Bani Israil sebelum menjadi pengikut nabi Musa As merupakan kaum bodoh penyembah Fir’aun. Setelah Allah swt selamatkan lewat perantara nabi Musa As dari kekejaman Fir’aun, mereka melihat sekelompok orang penyembah berhala.

Seketika itu pula mereka merasa iri, menginginkan tuhan yang terlihat sehingga dapat mereka sembah layaknya Fir’aun dahulu. Itulah rasa rindu yang membuat mereka menuhankan selain Allah swt. Dan sudah semestinya rindu tersebut hanya diberikan kepada Allah swt saja.

Keempat sifat di atas, yakni penenteram jiwa, pelindung, rindu, dan cinta adalah sifat-sifat yang dapat menyebabkan seseorang menghambakan diri kepada-Nya.

Ketika kita salah menempatkan keempat sifat tadi yaitu tidak merasakan keempat sifat tersebut dari Allah swt, bisa-bisa kita menuhankan selain Allah. Surga pun menjadi taruhannya.

Bila orang sudah terlalu cintanya kepada seseorang atau sesuatu, maka ia akan rela berkorban apa saja agar yang dicintainya senang. Seorang suami rela korupsi demi istri tercintanya yang meminta perhiasan dan harta yang sangat banyak.

Jadi agar kita tidak menuhankan selain Allah, keempat hal tersebut harus kita berikan secara penuh kepada Allah swt saja. Kecintaan yang teramat sangat, merendahkan diri, dan tunduk penuh dengan kepatuhan harus kita tujukan hanya kepada Allah semata. Kalau sudah diberikan ke orang lain atau sesuatu yang lain, berarti kita sudah menuhankan selain Allah swt. Apalagi minimal kita bersyahadat 5 x dalam sehari. Jelas saja Allah tidak senang kepada kita kalau kita hanya sekadar berbicara. Kita saja marah kalau ada orang yang hanya janji-janji saja tetapi selalu dilanggar.

Sekarang karena sudah tahu makna syahadat, maka setiap mengucapkan syahadat pahamilah bahwa kita hanya ada kewajiban untuk menghamba kepada Allah saja. Bukan kepada uang, pacar, mode, dan lainnya. Sebagai hamba, kita harus tunduk, patuh, cinta, dan merendahkan diri hanya kepada-Nya saja.

Allahu a'lam

 

 

 








Bagikan:

Arsip