"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Makna yang Terkandung dalam Kalimat Laa Ilaha Illallah (2)

Melanjutkan materi sebelumnya yaitu pesan-pesan atau makna yang ada dalam kalimat syahadat kita, “La ilaha illallah” atau yang artinya Tiada tuhan selain Allah.

Sekurang-kurangnya masih ada 6 makna lagi yang terkandung dalam kalimat La ilaha illallah. Makna-maknanya adalah sebagai berikut:

10. La Nafia’a Dharra Illallah (Tidak Ada Yang Memberi Manfaat atau Madharat Kecuali Allah)

Ini adalah cerita sahabat Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Silahkahkan dibaca. Suatu hari saya pernah dibonceng oleh Rasullah saw, naik unta. Kemudian beliau bersabda. “Hai anak muda, aku akan ajarkan engkau beberapa kalimat. Jagalah (agama) Allah, niscaya Allah bersamamu. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah. Jika engkau minta tolong, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya jika umat manusia manusia bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu maka tiadalah mereka dapat melakukanya kecuali dengan sesuatu maka tidaklah mereka dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberikan madharat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan madharat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan madharat itu, kecuali yang telah ditetapkan Allah kepadamu. Pena telah diangkat dan lembarannya telah kering.”

Dari hadist tadi jelas bahwa segala sesuatu itu sangat tergantung dari kehendak Allah. Jika ada sekelompok orang yang ingin mecelakakan kita tapi Allah tidak berkendak memberikan kecelakaan buat kita, pasti niat mereka tidak akan terlaksana. 

Sebaliknya juga begitu, Jika ada orang yang ingin memberikan manfaat untuk kita, apa itu bantuan keuangan, bantuan sosial dan yang lainnya, kalau Allah tidak menghendaki itu semua, pasti niat baik ini tidak terlaksana, jadi, yang dapat memberi manfaat maupun madharat atau keburukan itu hanyalah Allah. Tidak ada satu mahluk pun yang punya kekuatan untuk mengahalangi kehendak Allah. 

Seorang muslim akan memiiiki sikap tenang dengan ketetapan Allah. Itulah kenapa tugas seorang muslim cuma 3 yaitu ikhtiar (usaha), doa, dan selanjutnya kalau sudah kejadian bertawakkal alias bersarah diri pada ketentuan Allah. 

Misalnya, kalau kalian sedang ujian, tugas kalian yaitu belajar yang giat dan doa. Apa pun hasilnya nanti, kalian harus menerimanya dengan ikhlas. Jika nilainya memuaskan maka harus bersyukur dengan mengucapkan alhamdulillah lalu meningkatkan ibadah, sedangkan jika nilainya kurang memuaskan maka beristighfar dan bersabar. 

Bisa jadi saat itu Allah ingin melihat seberapa ikhlas kamu dengan ketetapan yang Allah berikan. Tentu saja hal ini menjadi bahan intropeksi alias evaluasi bagi kita untuk meningkatkan belajar dan coba lagi, biar selanjutnya Allah memberi nilai yang memuaskan. Begitu.

Jadi, Laa Ilaha Illalah mengandung makna bahwa tidak ada yang bisa memberi manfaat maupun madharat kecuali Allah.

11. La Muhyiya Wala Mumita Illallah (Tidak Ada yang Dapat Menghidupkan dan Mematikan Kecuali Allah)

Tidak orang yang mengaku mampu menghidupkan dan mematikan seseorang. Namun Sadar atau tidak sadar, masih banyak orang yang meyakini ada yang bisa meghidupkan dan mematikan seseorang selain Allah. Kita sering mendengar komentator seperti ini, “ Orang hidup butuh uang. Jika tidak ada uang mau makan apa dia? Bisa mati kelaparan!” 

Atau komentar seperti ini, “Hei, jangan duduk-duduk dibawah pohon besar itu, berbahaya! Kalau salah ngomong dikit saja, bisa-bisa enggak menghirup udara lagi kamu!”

Komentar-komentar semacam itu menunjukkan bahwa mereka itu meyakini jika ada yang berkuasa menghidupkan dan mematikan seseorang selain Allah. Orang pertama meyakini kalau uanglah yang dapat menghidupkan dan mematikan seseorang, sedangkan orang yang kedua meyakini kalau jin di pohon besar berkuasa untuk mematikan seseorang.

Kita mungkin dapat mengingat pesan Nabi saw, kepada Ibnu Abbas. Jika Allah hendak menimpakan kemudharatan kepada seseorang, walaupun seluruh makhluk berkumpul untuk mencegahnya, pasti tidak ada yang dapat mencegah kehendak Allah. Sebaliknya, jika Allah menghendaki kebaikan, walaupun seluruh mahluk berhimpun untuk mecelakakan kita, pasti tidak ada yang dapat melakukan itu.

Contohnya, saat kalian dihadang perampok. Jika Allah menghendaki kamu masih hidup, pasti ada saja skenario Allah yang membuat kamu hidup. Misalnya, kalian bisa mengalahkan para perampok itu, atau tiba-tiba ada polisi datang dan kamu selamat. Tapi, jika Allah menghendaki kamu meninggal besok pagi, walaupun sekarang kamu segar-bugar sampai nanti malam, pasti besok pagi kamu bakalan dijemput sama malaikat maut.

Kita mungkin pernah mendengar kisah di zaman Nabi Sulaiman?. Pada suatu hari, malaikat maut datang kepada Nabi Sulaiman untuk menyampaikan bahwa salah satu pejabat kerajaannya sesaat lagi akan meninggal di tempat yang jauh sekali dari Palestina. 

Saat itu, pejabat yang dimaksudkan ada di ruangan tersebut dan malaikat maut masih bingung. Karena orang tersebut masih berada di kerajaan tersebut mesti ditempuh dengan perjalanan berhari-hari.

Setelah malaikat maut pamit, sang pejabat menghadap Nabi Sulaiman dan bertanya, “Wahai Nabiyullah, siapakah orang yang baru saja datang? Kenapa dia melihatku dengat tatapan yang sanagat aneh?” Nabi Sulaiman kemudian menjawab, “ketahulah, sesungguhnya dia adalah malaikat maut yang sebentar lagi hendak mencabut nyawamu”.

Mendengar jawaban itu, gemetarlah sekujur tubuh sang pejabat. Dengan serta merta, sang pejabat memohon kepada Nabi Sulaiman untuk membawanya pergi jauh dari negeri Palestina

“Wahai Nabiyullah, aku mohon, bawa aku pergi jauh dari negeri ini. Aku belum siap untuk menghadap Allah sekarang”

Karena dibujuk terus oleh sang pejabat, akhirnya Nabi Sulaiman memerintahkan prajuritnya (yang berupa angin) untuk membawa sang pejabat pergi. Dengan sekali hembusan, akhirnya sang pejabat tiba di tempat yang jauh dari negeri Palestina. 

Tapi apa yang terjadi? Ternyata disana sudah menunggu malaikat maut yang siap mencabut nyawa sang pejabat tersebut akhirnya, berakhirlah usia sang pejabat itu di tempat yang tidak seorang pun menduganya. 

Pertanyaan sang malaikat pun terjawab sudah. Sang pejabat yang inginnya menghindari maut, ternyata malah mendatangi maut.

Nah, dengan kisah ini kalian sudah faham kan bahwa menghidupkan dan mematikan itu mutlak kekuasaan Allah, tidak ada satu mahluk yang bisa mematikan apalagi menghidupkan. 

Kalau ada Sun Go Kong dan Dragon Ball yang bisa menghidupkan manusia. Ah itu kan Cuma di film. Mau-maunya kamu dibohongin. He..he.. Peace

12. La Mujiba Illalah (Tidak Ada Yang Dapat Mengabulkan Permohonan Kecuali Allah)

Sudah menjadi fitrah jika manusia itu membutuhkan orang lain. Mengapa seperti itu? Karena tidak ada manusia yang sempurna. Sehingga, manusia satu dengan yang lainnya itu saling membutuhkan.

Dengan keterbatasan itu maka wajar kalau manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya atau pertolongan untuk menyelesaikan apa yang tidak dapat diselesaikan orang lain. Tapi tentu saja perlu diingat, bahwa pertolong dalam hal ini adalah terkait dengan hal-hal yang bersifat positif.

Namun terlalu sering meminta pertolongan kepada manusia juga ada kekurangannya. Sangat mungkin terjadi orang yang kita mintai tolong mengalami kebosanan. 

Mari kita pikirkan seandainya ada orang yang selalu meminta tolong kepada kita. Apa reaksi kita? Mungkin yang akan terucap adalah “Huh, dikit-dikit minta tolong, dikit-dikit minta tolong, emangnya gue apaan?”.

Ada satu hal yang harus kita ketahui apabila kita mencari pertolongan. Bahwa setiap manusia pasti cenderung memiliki kebosanan jika dimintai pertolongan secara terus menerus tetapi tidak dengan Allah karena Allah justru sebaliknya.

Allah akan semakin senang jika manusia diminta tolong secara terus-menerus, karena artinya, manusia itu benar-benar menggantungkan hidupnya kepada Allah.

Itulah kenapa ada yang namanya doa, dan doa dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi. Dalam surah Al-Baqarah ayat 186 Allah swt berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Doa juga menunjukkan bahwa manusia itu benar-benar butuh Allah dan meyakini kalau hanya Allah-lah yang bisa mengabulkan permohonannya. Jika sudah seperti itu, bagaimana Allah tidak senang? Lagi pula, Allah adalah tempat sangat tepat jika dimintai bantuan. Allah jika melihat manusia berdoa itu pasti senang. 

Oleh karena itu, Dia hanya akan memberi kebaikan untuk orang yang berdoa. Dan, kita harus ketahui bahwa tidak setiap yang kita anggap buruk itu buruk di mata Allah. Jadi, kita harus yakin, jika kita sudah berdoa, maka hal selanjutnya yang kita lakukan adalah tawakal kepada Allah. Yakinlah, pasti yang terbaik yang diberikan Allah pada kita.

13. La Mustajara Bihi Illallah (Tidak Ada yang Dapat Dimintai Perlindungan Kecuali Allah)

Dengan semangat membara, pemuda Quraisy it melaju kencang di atas kudanya. Dialah Suraqah, pemuda yang berambisi untuk mendapatkan 100 unta dari pemuka kafir quraisy. Tujuannya saat itu hanya satu: menangkap Nabi Muhammad dan Abu Bakar. 

Namun ketika sampai di dekat Rasulullah kudanya tersungkur dan diapun jatuh terpelanting. Kemudian dia bangun dan mengejar kembali. Berkali-kali Abu Bakar menoleh ke belakang sedangkan Rasullah berjalan terus dengan tenang. Tiba-tiba Suraqah terjatuh untuk yang kedua kalinya. Ia bangun lagi dari punggung kudanya dan jatuh terpelating. Ia bangun lagi dan berlumuran tanah kemudian berteriak memanggil-manggil minta diselamatkan.

Saat Rasullah dan Abu Bakar menghampirinya, ia minta maaf dan memohon agar dimaafkan. Ia menawarkan bekal perjalanan, namun Nabi menolaknya dan hanya meminta agar Suraqah tidak menyebarkan informasi jalur yang dilewati Rasulullah. Sejak saat itu, setiap kali bertemu dengan orang-orang yang ingin membunuh Nabi saw, dia selalu menyarankan untuk kembali saja.

Dari kisah diatas, kita semua jadi tahu bahwa Allah yang berkuasa melindungi hamba-Nya, ketika Allah berkehendak menyelamatkan hamba-Nya, tidak ada satu pun mahluk yang bisa mencelakakannya. 

Kalau kita kenang kisah hijrah Rasulullah (yang salah satunya adalah kisah di atas), akan kita jumpai kisah perjalanan yang penuh dengan keajaiban. Mulai dari lolosnya Nabi saw dari kepungan kafir Quraisy di rumahnya. Selamatnya Ali bin Abi Thalib saat menggantikan Rasullah di tempat tidurnya, peristiwa di Gua Tsur, dan juga kisah di atas sekali lagi, ini jadi bukti kalau tempat yang paling tepat adalah berlindung hanyalah Allah SWT. 

Tidak ada yang lain! Kalau ada yang mencari perlindungan pada jin, itu hanya akan menambah dosa dan peluang masuk neraka saja!

Tinggalkanlah para-tidak-normal, dukun, jampi-jampi, jimat, dan berbagai macam benda pelindung dari setan. Beralihlah kepada perlindungan yang sejati, Allah Swt.

14. La Wakila Illallah (Tidak ada Tempat Untuk Berserah Diri Kecuali Kepada Allah)

Syahadatain juga bermakna la wakila illallah, artinya tidak ada tempat untuk bertawakal selain kepada Allah swt. Apa itu tawakal?. Tawakal adalah berserah diri kepada Allah setelah kita melakukan ikhtiar atau usaha. 

Jadi, jika kita sudah berusaha dengan belajar mati-matian, kemudian sudah berdoa meminta kebaikan kepada Allah, langkah selanjutnya adalah bertawakal. Kita serahkan semua urusan kepada Allah. Kita tunggu hasil dari apa yang telah kita amalkan. Dari apa pun yang bakalan Allah berikan, kita terima dengan lapang dada. 

Jika ternyata hasil belajar kita mendapat nilai B. Maka kita harus menerima itu dengan lapang dada. Jika hasilnya A, kita juga harus menerimanya. Begitu juga jika ternyata nilainya C, kita mesti legowo. Sering kita menganggap kalau hasil yang jelek dari usaha kita itu pasti buruk. Padahal belum tentu. Bahkan bisa jadi hasil yang buruk itu justru yang baik bagi kita, karena mungkin bisa menimbulkan efek alias akibat yang baik untuk masa yang akan datang.

Allah swt, berfirman pada surat Al-Baqarah ayat ke 216, “Kamu diwajibkan berperang (untuk menentang pencerobohan), sedang peperangan itu ialah perkara yang kamu benci dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang Mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya” (Al-Baqarah: 216)

Setelah sekian lama Nabi saw, di madinah, beliau ingin menunaikan umrah ke Baitullah. Agar diketahui kalau tujuan Nabi saw, ke Mekah bukan untuk berperang, Nabi membawa binatang-binatang kurban. Sampai di daerah Hudaibiyah, ternyata orag-orang Quraisy sudah mengerahkan bala tentaranya untuk menyerang kaum muslimin. Ketika utusan quraisy datang menghadap Nabi saw. 

Rasulllah bersabda, “Kami datang hanya menunaikan umrah. Sekalipun orang-orang Quraisy telah memutuskan berperang, tetapi jika mereka suka, aku minta untuk menagguhinya (menunda). Jika mereka enggan, demi Allah, aku siap memerangi mereka sampai orang-orang di belakangku tinggal sendirian. Dan Allah pasti akan meyelesaikan urusan-Nya.”

Mendengar pernyataan Nabi saw, utusan itu pun meyampaikan kepada para pemimpin mereka. Akhirnya terjadilah perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah. Dalam perjanjian itu, ada butir perjanjian yang dirasa tidak adil terhadap kaum muslimin. 

Salah satu butir perjanjian itu menyebutkan kalau ada orang muslimin di mekah yang lari atau meninggalkan Mekah menuju Madinah maka kaum muslimin harus mengembalikan orang tersebut ke Mekah. Sedangkan jika ada orang kafir yang lari dari Madinah menuju Mekah, orang-orang Quraisy tidak wajib mengembalikannya. 

Kaum muslimin yang mendengar perjanjian itu merasa tidak puas, termasuk Umar bin Khatab. Bahkan, ia sampai gusar dan menghadap Rasullah. Namun ternyata, dengan adanya Perjanjian Hudaibiyah tersebut, Allah kemudian memberikan kemenangan yang gemilang dengan peristiwa Fathu Makkah.

Nah, dari peristiwa ini, kita bisa mengambil ibrah alias pelajarannya bahwa tidak setiap yang kita anggap buruk itu buruk di mata Allah. Ataupun sebaliknya. Lagi juga, Allah tidak menilai seseorang itu dari hasil usahanya kok, tetapi yang Allah lihat adalah amal usaha kita. 

Itulah kenapa ada yang bilang juga kalau sukses itu sama dengan proses. Selama proses tetap kita jalani, berarti kita terus menuju puncak kesuksesan. Allah berfirman, ”Berusahalah maka Allah akan melihat usahamu. Begitu juga denga Rasul dan orang-orang yang beriman.”

15. La Musta’ana Bihi Illallah (Tidak Ada Yang Dapat Dimintai Pertolongan Kecuali Allah)

Karena Allah Maha Kuat, Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha segalanya maka sangat  pantas jika kita hanya meminta pertolongan pada Allah saja. La musta’ana bihi illallah. Tidak ada yang dapat dimintai pertolongan selain Allah.

Gimana kita mau minta pertolongan kepada mahluk kalau sama-sama memiliki keterbatasan? Boleh saja sih minta pertolongan orang lain utnuk membantu kita. Tetapi jika sampai menggantungkan segalanya pada mahluk, sampai dia menganggap hanya makhluk itulah yang bisa memberinya pertolongan. Sikap ini jelas menyimpang dari syahadat.

Masih banyak orang yang minta pertolongan jin untuk mengatasi masalahnya. Coba saja lihat tempat-tempat yang dianggap keramat. Bahkan, ziarah-ziarah yang disitu bukannya mendoakan malah meminta berkah sama kuburan. Jelas itu sudah sebuah kesalahan, bahkan masuk ke dalam perbuatan syirik. 

Soalnya, saya pernah lihat juga, orang-orang yang ziarah ke makam para wali mash banyak yang malah kesana untuk mengambil tanahlah, batulah, atau benda apa saja yang ada di kuburan. Lalu benda-benda itu dibawa pulang yang nantinya digunakan sebagai jimat. 

Islam tidak melarang ziarah kubur. Justru islam menganjurkan untuk ziarah kubur. Tapi, tujuannya bukan untuk mencari berkah, melainkan mendoakan si mayit dan mengingat mati atau dzikrul maut. Jika kita dapat mengingat mati saat ziarah kubur, insya Allah pahala kebaikan akan mengalir ke kita.

Di dalam shalat kita selalu mengucapkan, “Hanya kepada Mulah kami menyembah dan hanya kepadaMu-lah kami memohon pertolongan" (Al-Fatihah: 5).

Jadi mintalah pertolongan kepada Allah, niscaya Dia akan memeberikan pertolongan-Nya. Semua itu adalah makna sekaligus contoh sikap dala kehidupan sehari-hari. 

Jadi, ternyata syahadat yang kita ucapkan itu memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai muslim. Ternyata banyak arti yang harus kita amalkan. Dengan memahami makna syahadat dan mengamalkannya, Tauhid kita akan semakin baik. Dan tentu saja, Allah akan lebih mencintai kita apabila kita berusaha mencintai dan mendekat kepada-Nya.

Allahu a'lam...









Bagikan:

Arsip