"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Salman Al-Farisi “Pencari Kebenaran

Salman Al-Farisi berasal dari wilayah Ishafan, dari desa “Ji”. Ayahnya seorang kepala wilayah. Salman membaktikan diri dalam agama Majusi, yang bertugas sebagai penjaga api peribadatan agar tetap menyala. 

Suatu hari Salman diminta ayahnya untuk pergi ke sebuah ladang milik ayahnya. Di perjalanan ke ladang, ia melihat sekumpulan orang yang sedang sembahyang disebuah gereja. Salman bertanya dari mana asal-usul agama pada mereka. Mereka menjawab, “Dari negeri Syam”. 

Salman tertarik untuk melihatnya sehingga ia tidak pergi ke ladang sampai matahari terbenam. Lalu, ayahnya mengirim orang untuk menjemput Salman. Ketika pulang dan bertemu ayahnya, Salman menceritakan yang ia alami dan menurutnya agama mereka lebih baik dari agama kita. Kemudian Ayahnya marah, lalu Salman dirantai dan dikurung.

Salman tak habis akal, ia kemudian mengirimkan kabar pada orang-orang Kristen bahwa dia telah memeluk agamanya. Lalu Salman berusaha membuka ikatan untuk bergabung bersama rombongan orang-orang kristen menuju ke Syam. 

Sesampainya disana, ia menanyakan tentang ahli agama mereka. Mereka menjawab “ Uskup pemilik gereja”. Maka ia menemuinya dan menceritakan keadaannya. Tidak lama kemudian, uskup tersebut meninggal dan digantikan oleh uskup yang baru. 

Saat uskupyang baru ini akan meninggal, Salman menyempatkan bertanya, jika kau meninggal kepada siapa aku harus berguru? Uskup tersebut menjawab, “temuilah pendeta di Mosul”. 

Terus menerus Salman mencari kebenaran, beberapa pendeta ia temui, di Mosul, Nasibin hingga daerah Romawi.

Saat di Romawi, Salman menemui seorang laki-laki dan tinggal bersamanya. Ketika dia akan meninggal dunia, Salman kembali menanyakan kemana lagi dia harus pergi untuk berguru? Laki-laki itu menjawab, “saya tidak akan menyuruhmu datang kesiapa pun. Saat ini sudah ada Nabi yang membawa risalah nabi Ibrahim. Dia akan hijrah ke satu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bebatuan hitam. Dia mempunyai tanda-tanda kenabian yang jelas. Dia tidak menerima sedekah, tapi menerima hadiah. Di pundaknya ada tanda kenabian.”

Salman kemudian melakukan perjalanan menuju tempat yang dimaksud laki-laki tersebut. Selama perjalanan tersebut Salman sempat dibohongi, dijual ke seorang yahudi hingga ia pun dibeli seorang Yahudi bani Quraidhah dan dibawa ke Madinah.

Suatu hari Salman di atas pohon kurma, dan majikannya berada di bawah pohon tersebut, tiba-tiba datanglah sepupu majikanku membawa kabar, “Celakalah bani Qailah, mereka mengelilingi seorang lelaki di Quba, yang mengaku sebagai Nabi”.

Salman kemudian diam-diam pergi ke Quba membawa sedikit makanan. Aku menemui Rasulullah yang saat itu bersama para sahabat. Salman berkata, “Tuan-tuan adalah perantau yang membutuhkan bantuan, saya mempunyai makanan yang saya siapkan untuk sedekah. Lalu Salman menaruh di dekat Rasullullah. 

Rasulullah berkata pada para sahabat, “makanlah dengan menyebut nama Allah”. Sedangkan beliau sendiri tidak ikut makan. Salman bergumam dalam hati, “ini satu tanda yang disebutkan tadi, tidak memakan sedekah”.

Keesokan harinya, aku kembali menemui Rasulullah dan memberikan hadiah berupa makanan. Rasulullah berkata pada para sahabat, “makanlah dengan menyebut nama Allah”. Beliau makan bersama mereka. Salman kembali berkata dihati, “demi Allah ini tanda kedua, mau memakan hadiah”.

Beberapa hari kemudian Salman kembali menemui Rasulullah yang sedang mengiringi Jenazah di pemakaman Baqi’. Salman mengucapkan salam pada beliau dan menoleh ke arah punggung. Rupanya beliau mengerti lalu menyingkapkan kain yang menutupinya dan terlihat tanda kenabian yang disebutkan pendeta tersebut. 

Melihat itu Salman langsung merangkulnya dan mencium beliau sambil menangis. Salman menceritakan kisahnya pada Rasulullah dan Salman masuk Islam.

Setelah masuk Islam Salman pun ikut dalam perang Khandaq, yang saat itu kaum Muslimin dikepung dari berbagai arah hingga Rasulullah kemudian meminta semua kaum muslim untuk bermusyawarah. 

Disaat yang genting tersebut, Salman memberikan strategi perang yang sangat cemerlang, yaitu menggali parit (Khandaq) dan atas izin Allah juga ide tersebut mengantarkan pada kemenangan kaum Muslimin.

Salman dikaruniai kehidupan panjang hingga ia bisa melihat Islam berkibar di seluruh penjuru dunia. Namun, Salman tetap dengan kesederhanaanya meskipun ia memliki kekuasaan dan kekayaan. Hingga di penghujung usianya, ia sakit. 

Salman meminta istrinya untuk membawakan satu-satunya barang kesayangannya. Barang tersebut adalah wewangi katsuri. Ia meminta segelas air, Katsuri itu dimasukkan ke dalam air lalu diaduk. 

Ia berkata pada istrinya, “percikkanlah kesekelilingku, aku akan didatangi makhluk Allah yang tidak makan, namun suka dengan wewangian.”

Selesai memercikkan kesturi, ia berkata pada istirnya, “tutuplah pintu dan keluarlah”.

Beberapa saat kemudian, sang istri kembali masuk ke tempat Salman dan dijumpai Salman telah meninggal dunia. Salman ikut serta dengan malaikat yang menjemputnya. 

Ia membawa kerinduan mendalam untuk memenuhi janjinya. Janji bertemu Rasulullah, dan dua rekannya Abu Bakar ra dan Umar ra, serta para syuhada' dan orang-orang sholeh.












Bagikan:

Arsip