"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Larangan Menipu


Hidup di dunia yang usianya kian hari kian dekat dengan masa 
kehancurannya ini memang sangat menguras tenaga untuk menjaga iman. Godaan kenikmatan dunia yang semu begitu kuatnya. Hingga tak sedikit manusia yang menghalalkan berbagai cara demi merengkuh kenikamatan dunia yang sementara itu.

Berbuat jahat, curang, korupsi, juga menipu, seakan menjadi amal yang sudah mendarah daging bagi sebagian besar manusia. Tidak merasa bersalah ketika melakukan kecurangan dan tidak takut akan siksa ataupun hukuman Allah bagi para pelakunya.

Menipu, tentu kita pahami bersama bahwa itu merupakan perbuatan tercela. Perbuatan orang-orang munafik, yang senantiasa berdusta dalam kesehariannya. Dan Islam tentu menolak keras perbuatan menipu ini.

Tidak ada Islam ajarkan kepada umatnya boleh melakukan kecurangan, kedustaan yang menipu termasuk ke dalamnya. Yang Islam ajarkan adalah kejujuran. 

Memerintahkan agar umatnya berlaku jujur dalam segala amal. Dengan berlaku jujur akan membawa kepada kebaikan. Rasulullah SAW bersadba:

Dari Ibnu Mas‘ud ra, dari Nabi Saw beliau bersabda: "Sesungguhnya kejujuran itu akan menuntun kepada kebaikan; sesungguhnya kebaikan itu akan menuntun ke surga. Dan sesungguhnya orang yang senantiasa berlaku jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya dusta itu akan menutun kepada keburukan; sesungguhnya keburukan itu akan menuntun kepada neraka; dan sesungguhnya orang yang senantiasa berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR Bukhari-Muslim)

Dari hadits di atas, Rasulullah mengabarkan kepada kita semua umatnya bahwa jika kita ingin kebaikan dan surga maka jujurlah. Dan bagi pendusta disediakan untuknya siksa neraka. 

Maka kembali kepada kita semua, mau pilih yang mana?

Menipu juga termasuk perbuatan dusta. Maka bagi siapa yang menipu maka siksa neraka menunggu. Di dunia ini, Allah telah sampaikan bahwa dalam tiap diri manusia itu ada dua kecenderungan. Yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderunganberbuat jahat. Dan hal ini kembali menjadi pilihan bagi manusia ingin menguatkan kecenderungan yang mana. 

Allah swt berfirman: "Dan demikianlah pada setiap negeri Kami Jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya." (QS Al An‘am: 123)

Menurut sebagian mufasir, akābira mujrimīhā pada ayat di atas artinya ialah para penjahat-penjahat besar.

Banyak rupa yang termasuk kategori perbuatan menipu; diantaranya jika dalam jual beli pedagang mengurangi takaran, atau memberikan barang yang rusak kepada para pembelinya. 

Perbuatan menipu tentu amat merugikan orang lain, dan Islam sangat menolak perbuatan tercela ini. Rasulullah saw bersabda, "Dan barangsiapa menipu kami, maka dia bukan golongan kami."

Selain merugikan orang lain, menipu juga akan merugikan diri si penipu itu sendiri. Ia akan kehilangan kepercayaan dari orang lain dan akan ditinggalkan oleh orang lain. Hidupnya akan semakin sempit dan terus saja merugi. 

Allahu a‘lam.

Bagikan:

Arsip