Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
SEMANGAT PAGI SEMUANYA...
Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga semuanya selalu dalam kondisi sehat dan
semangat.
Tujuan pembelajaran hari ini adalah:
1. Siswa mampu membiasakan perilaku terpuji
2. Siswa mampu menampilkan sikap jujur
Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu.
Oleh sebab itu, sifat jujur sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat
Rasulullah SAW.
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya.”
(Q.S. an-Nisa: 58).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(Q.S. al-Anfal: 27).
Dari dua ayat tersebut didapat pemahaman bahwa manusia, selain dapat
berlaku
tidak jujur terhadap dirinya dan orang lain, adakalanya berlaku tidak
jujur juga kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maksud dari ketidakjujuran kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tidak
memenuhi perintah mereka. Dengan demikian, sudah jelas bahwa kejujuran
dalam memelihara amanah merupakan salah satu perintah Allah dan
dipandang sebagai salah satu kebajikan bagi orang yang beriman.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak
orang. Karena orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk
mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang yang
memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak
benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan
sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi barang
langka.
Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa
diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan
jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut
dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah
saw.
Kejujuran adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang
berilmu
Dalil Kejujuran Dalam Islam
“Hendaklah kamu selalu berbuat jujur, sebab kejujuran membimbing
ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada
henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah
sebagai orang jujur. Dan hindarilah perbuatan dusta. Sebab dusta
membimbing ke arah kejelekan. Dan kejelekan membimbing ke arah
neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan
bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta sehingga dia ditulis di
sisi Allah sebagai pendusta.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain, Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
“Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang terlihat bagian
luarnya dari dalamnya, dan bagian dalamnya dari luarnya.”
Kemudian seorang dusun berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, bagi
siapakah kamar-kamar itu?”
Rasulullah Saw. menjawab: “Bagi orang yang baik tutur katanya dan
suka memberi makan kepada orang lain, terus berpuasa serta shalat
di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur.”
(H.R. Tirmidzi)
Berbicara kejujuran (dalam bahasa arab disebut sebagai
Ash-Shidqun), kejujuran terbagi menjadi 5 macam, yaitu:
1. Shidq Al-Qalbi (jujur dalam berniat).
Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan.
Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia.
Jika hatinya bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan
manfaat. Tapi jika hatinya keruh, maka seluruh perilakunya akan
mendatangkan bencana.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah
ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (H.R. Bukhari).
Itulah hati dan kejujuran yang tertanam dalam hati akan membuahkan
ketentraman, sebagaimana firman-Nya,
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28)
2. Shidq Al-Hadits (jujur saat berucap).
Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai
kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata
jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup.
Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang
percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan hanya akan
dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt.
sebagaimana firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar.”
(Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)
Hidup dalam naungan kejujuran akan terasa nikmat dibandingkan
hidup penuh dengan dusta. Rasulullah Saw. bahkan mengkatagorikan
munafik kepada orang-orang yang selalu berkata dusta, sebagaimana
sabdanya,
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berucap dusta,
kala berjanji ingkar dan saat dipercaya khianat.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat).
Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia
di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap
amal yang kita lakukan.
Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang
kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan
sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal
yang kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang
yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
(Q.S. Ash-Shaff [61]: 2-3)
Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga
beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.
4. Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji).
Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar
membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was.
Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena
Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari
janji sebagaimana dalam firman-Nya.
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.”
(Q.S. An-Nahl [16]:
91)
“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan
jawabnya.” (Q.S. Al-Israa [17]: 34)
5. Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan).
Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak
akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah
memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya.
Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah
bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai
dengan keadaan diri kita sendiri.
Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita
dengan ungkapan,
“Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya
sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.”
(H.R. Muslim).
Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umatnya
untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam
dunia yang semu.
Allahu a'lam