"Menyebarluaskan Pengetahuan..."

Persahabatan yang Diberkahi

Standar Kompetensi:
Memperkuat ikatan dengan sunah Rasulullah Saw berlandaskan pemahaman dan cinta kepada ajarannya. Ikatan dengan petunjuknya dan mengamalkan hukum-hukumnya dengan pemahaman yang baik serta merumuskan sasaran-sasarannya yang memberikan petunjuk untuk setiap zaman dan tempat, dan kembali kepadanya dalam setiap keadaan.

Kompetensi Dasar:
Mengetahui makna persahabatan yang diberkahi seperti yang terdapat dalam hadits ini.

Indikator Pencapaian Hasil:
1. Peserta dapat memahami persahabatan yang diberkahi Allah SWT
2. Peserta dapat memilih sahabat yang baik

Sesungguhnya diri seorang mukmin pada awalnya seperti kertas putih yang suci dan ayahnyalah yang akan mewarnai dirinya, kemudian lingkungan tempat tinggalnya atau orang-orang disekelilingnya yang berpotensi mewarnai diri seseorang.

Oleh karena itu, Nabi SAW mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman setia.

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)

Isi dan Kandungan Hadits
Hadits ini mengajak kita untuk memilih teman. Tidak ada teman yang lebih baik daripada teman yang shaleh. Dialah yang menunjukkan semua bentuk kebaikan dan menjauhkannya dari segala bentuk kejahatan. 

Kebalikannya, teman yang jahat tidak bermanfaat selamanya dan tidak ada kebaikan berteman dengannya. Teman yang jahat bagaikan api yang dapat membakar orang yang bersamanya. 

Memilih teman sangat dianjurkan. Bergaul dengan orang-orang baik dan shaleh, sungguh diperintahkan. Orang-orang shaleh mempunyai sifat seperti seekor lebah, makan dari makanan yang baik dan menghasilkan madu yang baik pula. Bila hinggap pada setangkai bunga, ia tidak pernah merusaknya. 

Kelembutan tutur kata, senyuman tulus di bibir, dan sapaan-sapaan hangat yang terpuji saat berjumpa merupakan hiasan yang selalu dikenakan orang-orang mulia.

Persahabatan mempengaruhi hidup manusia. Memilih pergaulan sebagai cara memperbagus persahabatan. Sebaik-baik orang yang bersahabat ialah mereka yang berjumpa karena Allah dan apabila berpisah juga karena Allah. 

Jangan sampai sahabat kita akan menenggelamkan diri kita sendiri, karena harus mengikuti kemauannya tanpa mengetahui tujuan dan arah yang jelas serta bermanfaat.

Teman sejati adalah Teman yang mengajak kepada Allah
Kita hidup dalam dinamika masyarakat yang sangat beragam, ada kawan yang kesehariannya memiliki komitmen kehidupan yang baik, taat ibadah, tuturlakunya halus dan menjaga setiap yang masuk dalam tubuhnya. Namun, tidak dapat kita pungkiri kita temukan juga kawan yang berperangai buruk, kasar, urakan dan lemah komitmen dalam ibadah. 

Semua ini menutut kita untuk memiliki sikap bijak karena tidak mungkin kita hanya bergaul dengan sebagian kawan sementara tidak perhatian terhadap yang lain.

Nabi SAW mengajarkan kepada kita betapa cerdasnya beliau berinteraksi dengan masyarakat baik yang mukmin maupun yang kafir, tapi Nabi SAW tidak pernah memilih orang kafir sebagai kawan setia dalam perjalanan hidupnya. 

Beliau memilih sahabat berkarakter seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali dan Utsman dan banyak sahabat lainnya yang memiliki karakter kesholehan, sehingga beliau dan para sahabat mampu istiqomah dalam kebaikan karena terjaga dengan lingkungan yang baik.

Pelajaran Yang Dapat Dipetik
1. Setiap muslim harus memilih teman yang baik, sholeh dan bertutur kata baik.

2. Sahabat yang baik menunjukkan semua bentuk kebaikan dan menjauhkan semua bentuk keburukan.

3. Jangan bersahabat dengan orang yang tidak membangkitkan semangat beribadah, serta ucapan yang tidak membawa kalian mendekati Allah. Jangan bersahabat karena kelebihannya,karena kemungkinan satu kekurangan darinya,kau mungkin akan menjauhinya.

Contoh kisah
Ali bin Abi Thalib merupakan saudara dekat Nabi SAW, sejak kecil beliau sudah hidup berdampingan dengan Nabi SAW. Seringkali juga mendapatkan hikmah kehidupan dari Nabi SAW. Walaupun saudara namun Ali dan Nabi SAW seperti sahabat yang akrab. 

Ketika risalah Islam turun maka Ali merupakan sahabat awalan yang masuk Islam perantara tangan Nabi SAW. Ali mendapatkan keberkahan tersebut karena merupakan mukmin yang komitmen untuk memilih lingkungan yang baik dan sahabat yang baik.

Sebagai ilustrasi silakan simak video berikut ini:

Allahu a'lam.



Bagikan:

Arsip