Selamat datang di sesi pembelajaran kedua!
Dalam sesi ini, Anda akan melakukan aktivitas yang berbentuk paparan materi. Anda secara mandiri akan berproses dengan materi-materi terkait dengan Nilai dan Peran-peran seorang Guru Penggerak. Selamat berproses!
(Sumber video asli: https://youtu.be/CVKaeLp1OEw)
A. PEMBENTUKAN NILAI DIRI
Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita.
Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi
muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan
sengaja atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan
apa-apa. Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar.
(Download file pdf DI SINI)
Video Diagram Identitas Gunung Es
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik
mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui
proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami
nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka
mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa
mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan
karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah
masyarakat melalui murid-murid mereka.
(Sumber video asli: https://youtu.be/xwDwbzf0FbQ )
Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebaikan di dalam diri murid-muridnya. Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan lingkungan di mana murid berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya tersebut. Dengan demikian, guru patut mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik).
Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian modul Pendidikan Guru Penggerak ini aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih detail dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional.
Video pendek Eskalator dan Cara Kerja Otak
(Sumber video asli: https://youtu.be/K1q8q8TNLkI )
Lewat video ini Anda diajak mengeksplorasi dua sistem kerja otak “3-in-1” manusia secara singkat untuk memelajari bagaimana manusia tergerak, bergerak, dan menggerakkan.
Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
B. PROFIL PELAJAR PANCASILA
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
pada modul sebelumnya kita sudah mempelajari mengenai filosofi
pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara
dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat
ini.
Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya.
Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.
Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020)
(Download file pdf DI SINI)
C. PERAN GURU PENGGERAK
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada
paparan sebelumnya kita sudah mengenali Profil Pelajar Pancasila. Untuk
bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut, dibutuhkan pendidik
yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif
sesuai mewujudkan profil tersebut.
Pada bagian ini kita akan membahas peran yang perlu Anda hidupi sebagai Guru Penggerak yang mendukung perwujudan profil pelajar Pancasila tersebut.
Peran dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Di tautan berikut ini, Anda akan diminta untuk membaca dan memahami kompetensi-kompetensi apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang Guru Penggerak.
(Download file pdf DI SINI)
Kompetensi guru dan kepala sekolah
Simak dan pelajari materi berikut ini.
(Download file pdf DI SINI)
Seperti dari bacaan yang sudah Anda simak, terdapat 4 kategori dalam
kompetensi tersebut. Kategori tersebut yaitu:
- mengembangkan diri
dan orang lain,
- memimpin pembelajaran,
- memimpin
manajemen sekolah, serta
- memimpin pengembangan sekolah.
Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai 4 kompetensi ini. Guru
Penggerak tidak hanya berfokus pada sebagai pemimpin pembelajaran, akan
tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar dapat
mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Ketika kita bisa membawa
perubahan pada lingkungan sekitar kita, tentunya hasilnya juga akan
lebih baik untuk murid kita.
Tanggapan Reflektif
Terima kasih Bapak/Ibu Calon Guru
Penggerak. Anda sekarang sudah lebih memahami apa saja peran dari
seorang Guru Penggerak. Untuk bisa lebih menjalani peran-peran ini, ada
5 nilai penting yang harus dihidupi oleh para Guru Penggerak. Kelima
nilai ini yang akan menjadi pedoman bertindak dari seorang Guru
Penggerak. Apa saja kelima nilai tersebut, mari kita lanjutkan ke bagian
berikutnya.
D. NILAI-NILAI GURU PENGGERAK
Bapak/Ibu Calon Guru
Penggerak, di bagian A kita sudah mempelajari mengenai Profil Pelajar
Pancasila yang menjadi sasaran utama dari seluruh rangkaian program
pelatihan Guru Penggerak.
Pada bagian B, kita juga sudah lebih memahami peran dari seorang Guru Penggerak. Pada bagian ini, kita akan mulai mengenali dan memaknai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.
Nilai-nilai ini yang diharapkan bisa muncul dari Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak sekalian. Nilai ini yang nantinya akan mendukung Bapak/Ibu Calon Penggerak dalam melaksanakan peran-peran Guru Penggerak, serta mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik.
Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.
Kelima nilai dari Guru Penggerak adalah:
- Mandiri,
-
Reflektif,
- Kolaboratif,
- Inovatif, serta
- Berpihak
pada Murid
Nilai ini sendiri berkaitan erat dengan peran yang sudah kita pelajari di bagian sebelumnya. Nilai ini yang diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak.
D. 1. Mandiri
Mandiri berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri.
Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi.
Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek pengembangan dirinya.
Seorang Guru Penggerak termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah ataupun dinas. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.
Beberapa poin untuk menguatkan nilai Mandiri pada nilai Guru Penggerak adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan perubahan yang ingin dicapai dan dampak dari
pencapaian tujuan tersebut.
Apabila ada suatu perubahan yang ingin Anda lihat (baik pada diri Anda, maupun hal di sekitar Anda) mulailah dengan tujuannya terlebih dahulu. Setelah Anda tahu tujuannya, lalu susun rutenya dalam bentuk tujuan yang lebih kecil.
Contoh: Tujuannya, ingin meningkatkan kemampuan penggunaan perhitungan numerikal di microsoft excel, untuk membantu pekerjaan administrasi menjadi lebih mudah. Dari sini susunlah rute cara belajar Anda, sesuai dengan kapabilitas Anda.
Contoh rute: dalam seminggu ini, sudah harus bisa perhitungan dengan
menggunakan fungsi numerikal tambah dan kurang. Cara belajar dengan
menggunakan youtube misalnya. Dengan penggambaran tujuan dan rute yang
jelas kita akan semakin tahu apa yang harus kita lakukan dan bagaimana
mencapai tujuan tersebut. Hal ini yang akan mendorong kita untuk lebih
mandiri.
2. Rayakan keberhasilan dalam setiap pencapaian.
Pencapaian tujuan tidak mudah, bahkan tujuan yang dirasa kecil
sekalipun membutuhkan daya, waktu, dll. Apabila kita sudah mencapai
tujuan tertentu, rayakan keberhasilan dengan sesuatu yang kita suka.
Dengan begitu kita bisa memotivasi diri kita untuk mencapai tujuan
selanjutnya.
D.
2. Reflektif
Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain.
Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun negatif.
Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang.
Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll.
Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi
namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka
juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari
orang-orang di sekelilingnya.
Model Refleksi 4P
Ada banyak model dalam melakukan refleksi, beberapa di antaranya
adalah:
-
Model refleksi 4P merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan
untuk memaknai pengalaman yang sudah pernah kita rasakan
sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan terjemahan dari 4F
yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu:
-
Peristiwa (Facts): paparan obyektif berdasarkan
pengalaman nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh
pertanyaan: apa kendala yang saya hadapi? apa hal baik yang saya
alami dalam proses tersebut? apa yang saya lakukan dalam mengatasi
kendala tersebut? apakah tindakan tersebut berhasil?
-
Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini
setelah mengikuti proses tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang
saya rasakan ketika menghadapi kendala tersebut? ketika saya
mencoba mengatasi kendala tersebut bagaimana perasaan
saya?
-
Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit
yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa
makna baru. Contoh pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses
ini? apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah
proses ini?
-
Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat
segera diterapkan baik sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa
yang bisa saya lakukan ke depannya dari pembelajaran di proses
ini? pada aspek apa?
Model Refleksi 5M
-
Model refleksi 5M, yang diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk,
2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri dari
langkah-langkah berikut:
-
Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang
peristiwa yang terjadi
-
Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang
diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya
melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang
diambil saat peristiwa berlangsung.
-
Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan
antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan
atau informasi lain yang dimiliki.
-
Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan
detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu
mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau
kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis
tersebut.
- Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
D3. Kolaboratif
Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun
hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan
yang berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang
tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul semua pihak itu.
Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.
Perlu diperhatikan, kolaboratif mampu muncul dalam perilaku seperti kerjasama, berkomunikasi, memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu, termasuk memberikan feedback juga merupakan bagian dari kolaborasi.
D. 4. Inovatif
Inovatif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan
gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun
permasalahan tertentu.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, masalah yang muncul pun juga semakin bervariasi. Untuk bisa mengatasi beragam masalah tersebut, diperlukan lah jiwa inovatif dari seorang Guru Penggerak, agar bisa datang dengan penyelesaian masalah yang mungkin tidak biasa namun tepat guna. Seorang Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran murid.
Nilai inovatif ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi permasalahan.
D. 5. Berpihak pada Murid
Berpihak pada murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak
dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama.
Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari
pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri.
Segala hal yang kita lakukan, harus tertuju pada perkembangan murid, bukan pada pemuasan diri kita sendiri, maupun orang lain yang berkepentingan. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll.
Yang perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama
dan penting. Pada modul 1.1 kita sudah bahas bahwa filosofi utama dari Ki
Hadjar Dewantara menekankan pada pemusatan orientasi pendidikan pada murid.
Sebagai Guru Penggerak, mengutamakan keberpihakan pada murid adalah pedoman
perilaku yang utama.
Penutup
Demikian paparan materi untuk Eksplorasi Konsep Bapak/Ibu Calon Penggerak. Semoga paparan singkat ini bisa
memberikan wawasan baru pada Program Guru Penggerak ini. Selamat. Anda telah menyelesaikan Modul ini.
Terima kasih atas semangat dan upaya Anda yang maksimal dalam menyelesaikan semua tantangan yang diberikan. Semoga segala proses yang Anda jalani dalam Modul ini dapat membawa manfaat bagi murid-murid ibu-bapak sekalian.
Anda tetap harus memerhatikan bahwa status penyelesaian modul ini sangat bergantung pada bagaimana Anda menyelesaikan Fase Aksi Nyata masing-masing.
Semoga modul ini berhasil membuat Anda tergerak hingga kemudian mengambil keputusan untuk bergerak hingga akhirnya memberanikan diri untuk menggerakkan lebih banyak pihak di lingkungan kerja Anda demi meningkatkan kualitas layanan dan lingkungan belajar bagi murid-murid Anda.
Daftar Pustaka
Learning Management System (LMS) Program Guru Penggerak
Fisher, R. (2005). Teaching children to learn. Cheltenham: Nelson
Thornes.
Goyette, K. (2019). The non-obvious guide to emotional intelligence (You can actually use). Idea Press Publishing, USA.
Greenaway, R. (2018, November 5). The four F's of active reviewing. The University of Edinburgh. Retrieved from https://www.ed.ac.uk/reflection/reflectors-toolkit/reflecting-on-experience/four-f
Kahneman, D. (2011). Thinking, fast and slow. Great Britain: Penguin Books.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Penjelasan uji publik model kompetensi guru. Kemdikbud. Retrieved June 6, 2020 from https://kompetensi.kemdikbud.go.id/assets/pdf/Penjelasan-Uji-Publik-Model-Kompetensi-Guru.pdf
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Penjelasan uji publik model kompetensi kepala sekolah. Kemdikbud. Retrieved June 6, 2020 from https://kompetensi.kemdikbud.go.id/assets/pdf/Penjelasan-Uji-Publik-Model-Kompetensi-Kepemimpinan-Sekolah.pdf
Komninos, A. (2020, April). The concept of the "triune brain". Interaction Design Foundation. Retrieved June 6, 2020 from https://www.interaction-design.org/literature/article/the-concept-of-the-triune-brain
Lumpkin, A. (2008). Teachers as role models teaching character and
moral virtues. JOPERD, 79(2), 45-49. Retrieved June 6, 2020 from https://bit.ly/3cy4W8A
Ryan, R.M. & E.L. Deci. (2000, January). Self-determination
theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development,
and well-being. American Psychologist 55 (1), 68-78. Retrieved June 4, 2020 from https://bit.ly/2AUMVUO
Rekrutmen 49.549 Formasi PPPK Kementerian Agama (Kemenag) 2022
BARU: Rekrutmen Calon Guru Penggerak dan Calon Pengajar Praktik Angkatan 9 dan 10
Lokakarya Orientasi Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7
Lokakarya 1 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7