EKSPLORASI KONSEP - REFLEKSI DIRI TENTANG PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
(Sumber video asli: https://youtu.be/k7qq1aquRv4)
1. PENGANTAR
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP), mari kita lebih mendalam mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang:
- kondisi Pendidikan pada zaman kolonial,
- perjalanan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sejak pembentukan Perguruan Taman Siswa hingga pemikiran-pemikiran KHD tentang bagaimana menjadi manusia merdeka.
- Anda juga akan lebih jauh memahami 2 (dua) tulisan KHD untuk membangun pemikiran reflektif-kritis Anda.
2. POTRET PENDIDIKAN INDONESIA SEJAK ZAMAN KOLONIAL HINGGA KINI
Bapak/Ibu CGP, mengawali refleksi filosifis Pendidikan Indonesia, Anda
diminta untuk menyimak video "Pendidikan Zaman Kolonial" di bawah ini.
Bapak/Ibu CGP dapat melihat perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum
kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun
1922.
(Sumber video asli: https://youtu.be/YBqW3vwIw-c)
Bapak/Ibu CGP, untuk memahami secara garis besar pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara (KHD). Anda akan mengakses materi-materi yang tersedia dan 2 tulisan Ki Hadjar Dewantara pada halaman berikutnya, untuk memahami pemikiran-pemikiran filosofi pendidikan KHD.
4. ASAS PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam
memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs)
adalah bagian dari Pendidikan.
Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
5. DASAR-DASAR PENDIDIKAN
Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat.
Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan.
Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.
Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”.
KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
6. KODRAT ALAM DAN KODRAT ZAMAN
KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam
dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk”
lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan
“isi” dan “irama”.
KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut:
“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya.
KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
7. BUDI PEKERTI
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan
antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan
antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya
(psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa
demikian pula Bahagia.
Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
8. DASAR-DASAR PENDIDIKAN
Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai
Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu CGP diminta untuk mencermati
bahan bacaan berikut.
9. METODE MONTESORI, FROBEL DAN TAMAN ANAK
Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai
Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu CGP diminta untuk mencermati
bahan bacaan berikut.
(Download file pdf DI SINI)
10. KERANGKA PEMIKIRAN KHD
Bapak/Ibu CGP, untuk memahami secara garis besar Filosofi Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara (KHD), Anda diminta untuk mencermati kumpulan tulisan Ki
Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah disajikan secara lengkap dalam
buku terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Buku yang diterbitkan pada tahun 1961 tersebut bertajuk “Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan”.
Beberapa tokoh, misalnya Bartolomeus Samho (2013), juga menuliskan catatannya mengenai pemikiran KHD.
Dalam video berikut, Bapak Iwan Syahril menyampaikan intisari dan interpretasi beliau atas filosofi pendidikan nasional gagasan KHD.
(Sumber video asli: https://youtu.be/-o6z3u_zsYs)
11. PENUTUP
Bapak/ Ibu Calon Guru Penggerak, SELAMAT, Anda telah menyelesaikan modul ‘Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara’ ini dengan sangat baik. Tentunya Anda telah memperoleh banyak
pengalaman dan pemahaman mengenai Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewatara
melalui eksplorasi mandiri, diskusi, praktik dan refleksi.
Perjalanan Anda tidak berhenti sampai di sini untuk menjadi pemikir andal
bagi diri dan murid-murid Anda. Silakan bereksplorasi, bereksperimen untuk
terus melatih diri Anda.
Di tangan Anda, potensi diri para murid akan semakin berkembang sehingga ia menjadi manusia yang merdeka. Merdeka dalam belajar dan menentukan arah hidupnya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Learning Management System (LMS) Guru Penggerak
Dewantara, K.H.
(2009). Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika
Dewantara, K.H. (1936). Dasar-dasar Pendidikan. Keluarga
Dewantara, K.H. (1928). Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak. Wasita,
Jilid No.1 Oktober 1928
Rekrutmen 49.549 Formasi PPPK Kementerian Agama (Kemenag) 2022
BARU: Rekrutmen Calon Guru Penggerak dan Calon Pengajar Praktik Angkatan 9 dan 10
Lokakarya Orientasi Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7
Lokakarya 1 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7
TERBARU: Penundaan Jadwal Seleksi Akademik PPG Dalam Jabatan Tahun 2022
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi dan Informasi Seleksi Akademik PPG Dalam Jabatan Tahun 2022
Ketentuan Terbaru Linieritas Ijazah dalam PPG 2022
Telah Dibuka Rekrutmen Calon Guru Pengerak Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7